Siopsis “Mendidik Itu Menolong”
Mendidik menjadi hal yang esensial bagi pendidik. Tanpa aktivitas mendidik, pendidik seakan kehilangan jati dirinya. Crijns dan Reksosiswojo mendefinisikan arti mendidik sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan seseorang anak untuk membawanya ke tingkat dewasa. Kata menolong menghadirkan sebuah kesadaran, keikhlasan antara yang melakukan tindakan menolong dengan orang yang ditolong. Menolong membawa kebahagiaan bagi si penolong dan yang ditolong dalam suasana saling mengasihi dan menyayangi, bukan perasaan terpaksa dan tertekan.
Lalu siapa yang berhak mendidik atau memberi pertolongan itu? Yang pertama adalah orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik buah cinta mereka agar si anak tumbuh menjadi orang dewasa yang sebaik-baiknya. Selain orang tua, tugas mendidik juga hadir melalui lingkungan masyarakat. Masyarakat wajib memberi pertolongan agar si anak tumbuh menjadi warga negara yang baik. Tingkah laku, tutur kata dari masyarakat akan menjadi model bagi seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Selain orang tua dan masyarakat, guru juga memegang peranan penting dalam memberi pertolongan kepada si anak. Ketiga elemen pendidik itu harus selalu memperhatikan dan berusaha dengan sungguh-sungguh memperbaiki alam kehidupan di sekitar si anak agar pengaruh buruk dapat berkurang dan pengaruh baik bertambah. Lingkungan sekitar di mana si anak hidup harus mampu menjadi teman belajar yang menggembirakan bagi si anak. Dengan demikian maka terciptalah kesemestaan yang ideal untuk tumbuh kembangnya alam pikir, kepribadian, dan keterampilan si anak.
Dalam melakukan pertolongan atau mendidik ada 3 prinsip yang perlu diperhatikan pendidik:
1. Jangan Terburu-buru
Mendidik perlu diberikan sesuai waktunya, sesuai dengan kadar atau ukuran si anak. Sering kita temukan seorang anak yang masih duduk di sekolah dasar dipaksa orang tuanya mengikuti les di luar jam pelajaran sekolah. Seolah mereka tidak peduli rasa lelah yang mendera pada tubuh dan psikis si anak tatkala pulang sekolah masih harus mengikuti les tambahan. Secara tidak langsung orang tua yang demikian memberikan contoh pendidikan yang tidak memartabatkan si anak sebagai individu yang merdeka dan berhak menikmati masa bermainnya.
2. Memberi Pertolongan Sesuai Kebutuhan
Dalam memberi pertolongan kepada si anak hendaknya tidak berlebih dan tidak kurang. Bila pertolongan itu berlebih maka akan menyebabkan si anak menjadi manja dan kelak tidak mampu hidup mandiri. Sebaliknya jika si anak kurang mendapat pertolongan maka ia akan tertinggal atau terbelakang kemampuanya. Ia tidak mencapai pada kemampuan yang seharusnya dicapai. Intinya pendidik ialah menolong di kala perlu.
3. Memberi Contoh atau Keteladanan
Sebagaimana semboyan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara “Ing ngarsa sung tuladha" di depan memberi contoh, begitulah seharusnya seorang pendidik yang hendak menolong si anak didik. Keteladanan merupakan metode mendidik yang paling efektif.
Pertolongan yang dilakukan pendidik kepada si anak mempunyai masa berakhir. Pertolongan itu berakhir tatkala si anak sudah selesai tumbuh dan berkembang yaitu mencapai masa kedewasaan. Saat si anak sudah dewasa, ia sudah mempunyai kemampuan untuk mendidik dirinya sendiri. Sebagaimana ucapan Pestalozzi, bahwa pendidikan itu semuanya tidak lain daripada pertolongan dan usaha untuk dapat menolong diri sendiri “hilfe zur selbsthilfe".
Pembuat Sinopsis : Assifa Fadila, S.Pd
Judul Buku : Guru Smart di Era Serba Cepat
Pengarang : Tri Winarno
Penerbit : Dio Media
Tahun terbit : 2021
Jumlah hal. :192
Sub. Bagian : Mendidik Itu Menolong